MANUFAKTUR KEMASAN - MANUFAKTUR TINPLATE
MANUFAKTUR KEMASAN
MANUFAKTUR TINPLATE
Definisi
Tinplate
adalah lembaran (sheet) baja ringan kadar karbon rendah (low-carbon mild steel)
yang bervariasi dalam ketebalan antara 0,15 sd. 0,5 mm dengan coating setebal
0,4 µm sd. 2,5 µm pada kedua permukaan material
sifat mekanis
Ductility (kemampuan untuk dideformasi
yang ekstensif tanpa retak), dan
Drawability (sifat ini muncul dari
pemilihan level baja dan kondisi pemprosesan dalam pembuatan) Kemampuan solder
yang bagus, Mampu las, Tidak beracun, Sifat lumas, Lacquerability, Permukaan
tahan korosi yang mengkilap (sifat khas tin). Lapisan tin mengikut pada
dasarnya yaitu baja, maksudnya bila diberikan sejumlah deformasi di mana baja
masih tahan, tin juga akan tahan
pembuatan tinplate
Metode tradisional:
yaitu dengan mencelupkan atau
melewatkan baja melalui sebuah tin cair murni setelah perlakuan permukaan
khusus untuk menghilangkan oksida yang ada.
Kekurangannya adalah dihasilkan
coating yang tidak seragam
Cara modern: ELECTROPLATING
Keuntungan electroplating:
Mampu membuat level coating yang tak
mampu dibuat dengan pencelupan
Mampu membuat lapisan dengan ketebalan
yang berbeda pada kedua permukaan
Ekonomis bagi pemakai karena mampu
membuat lapisan yang berbeda antara luar dan dalam sesuai keadaan yang
dihadapi.
Ada dua metode terkenal untuk tinplating:
Ferrostan process (acid stannous
sulfate process)
Halogen process
Langkah pembuatan Tinplate:
Cleaning pada unit pickling dan
degreasing
Pencucian menyeluruh untuk
mempersiapkan permukaan
Kedua tahap ini disebut sebagai
plating stage
Flow melting: pemanasan lembaran baja
sampai temperatur di atas suhu cair tin (+/-260-270ºC) diikuti dengan quenching
cepat dalam air
Perlakuan passivasi untuk
mempertahankan permukaan lebih stabil dan tahan terhadap atmosfir
Peng-oli-an ringan (berat oil film
biasanya 5 – 10 mg/m2 ). Guna: untuk membantu mempertahankan film hasil
passivasi dari serangan dan membantu sheet melalui mesin pembentuk container
tanpa membahyakan lapisan yang lunak.
Dalam hal kemasan makanan harus
mengunakan oli yang boleh:
Minyak biji kapas
Di-octylsebacate
(DOS)
Acetyl tributyl
citrate (ATBC)
Pemotongan strip menjadi sheet atau
gulungan
Struktur final dari coating TINPLATE
Perlu diketahui!!!
Menurut
Barry, di antara produsen utama tin plate ada pengelompokan sekitar 10 tingkat
baja yang berbeda, 32 jenis beda ketebalan baja, 19 variasi berat lapisan tin,
6 surface finished, dan 2 treatment permukaan. Jadi totalnya lebih dari 70.000
varitas yang berbeda dari tinplate
Perlu diketahui lagi!!
Lembaran
(sheet) tinplate dinyatakan sebagai “base box”, dari istilah kuno saat tinplate
dijual dalam unit 112 sheets, berukuran 356 X 508 mm (14 X 20 in.). Satu paket
yang disebut base box; dan luasan yang terkandung 20,2325 m2 atau 31.360 in2). Ini
masih bertahan sampai kini.
Perlu diketahui lagi!!
Unit
lain yang diperkenalkan oleh Inggris pada tahun 1994 adalah Standard Area of
Tinplate (SAT) yang mempunyai luasan 100,000 in2. Sekarang ini umumnya tinplate
dikelompokkan dalam unit metris SITA (Systeme International Tinplate Area) yang
berdasar pada 100 m2.
1
SITA = 1,55 SAT. Metode standar untuk menentukan massa tin coating adalah
prosedur titrasi Iodine.
Penandaan
dari tinplate electrolytic dengan 11,2 gsm tin pada masing-masing permukaaan lembaran
ditunjukkan sebagai E. 11,2/11,2 dan ini mewakili ketebalan tin sekitar 0,00154
mm pada masing-masing permukaannya. Berat coating tin juga dinyatakan sebagai
berat per base box (yaitu berat total
tin pada kedua muka dengan luasan area 20,2325 m2 dari black plate). Jadi 11,2
gsm adalah equivalen dengan 1 lb per base box.
Manufaktur ECCS/TFS
(ECCS
= Electrolytic Chromium-Coated Steel; TFS = Tin Free Steel)
Produksi
dari ECCS mirip dengan electrotinning, perbedaan esensialnya bahwa ECCS tiak melibatkan
proses ‘flow melting’ dan ‘passivasi’
Prosesnya
diterangkan sebagai deposisi katodik di dalam dilusi (larutan) Chromium plating
(misalnya 50 g L-1CrO3 dan dan 0,5 g L-1 H3 SO4) pada temperatur 50 – 70o C.
seperti pada gambar berikut, ECCS terdirir
dari pelapisan duplex dari chromium metalik dan chromium sesquioxide; keduanya
dapat diberikan secara simultan dalam dua tahap (di mana chromium metalik
dideposisikan dan kemudian diberikan perlakuan oksidasi).
Struktur final dari ECCS
Menurut
Morgan, berat coating ideal untuk ECCS adalah 0,07 – 0,15 gsm logam chromium
dan 0,03 –0,06 gsm trivalent chromium diberikan sebagai oksida, memberikan
berat coating total kira kira 0,15 gsm. Ini jauh lebih tipis dari tingkat
paling rendah dari sebuah tinplate electrolytic yang memiliki ketebalan 5,0
gsm.
Keunggulan ECCS:
Permukaan
ECCS lebih diterima untuk coating enamel pelindung (lacquer) atau tinta cetak
dan pernis dari pada tinplate
Ketiadaan
lapisan tin dengan titik leleh rendah (232ºC) berarti suhu stoving yang tinggi
sehingga waktu stoving yang lebih singkat dapat digunakan untuk peng-enamel-an
(lacquering) ECCS
Kekurangan:
ECCS
kurang resis (tahan) terhadap korosi dibanding tinplate karena tidak adanya
lapisan tin yang dikorbankan, dan sehingga harus di-email-kan pada kedua
sisinya.
Sebagai
tambahan container (kaleng) ECCS tidak disolder dengan lead tradisional atau
solder tin sehingga pengikatan ECCS harus dengan pengelasan atau dengan bahan
perekat organik.
Bila
disolder, ECCS harus dibersihkan lebih dahulu untuk menghapus lapisan chromium.
Secara mekanis proses ini sangat lamban, mahal dan tidak efisien.
Pembuatan Aluminum
Pembuatan
container dari alumunium kurang populer dibanding baja walaupun kuliah tentang
alumunium foil lebih intensif.
Pengaplikasian
komersial besar-besaran alumunium ini terbatas pada pate dan ikan. Alumunium
foil (<0,1 mm) banyak digunakan pada berbagai produk makanan cepat saji,
snacks dan kemasan mampu panas ulang.
Alumunium
adalah unsur metal terbanyak dari bumi, menyusun 8,8% dari kerak bumi.
Unsur
lain yang lebih banyak adalah oxigen dan silicon.
Alumina
atau alumunium ditemukan secara alami sebagai mineral corondum (Al2O3 );
diaspore (Al2O3. H2O), gibbsite (Al2O3. 3H2O) dan lebih umum lagi bauxite,
bentuk gibbsite yang tidak murni.
Sejarah
pembuatan Aluminum 1
Hans
Christian Oested, ahli kimia Denmark, pertama kali mengisolasi alumunium pada
tahun 1825 menggunakan proses kimia menggunakan amalgam potassium
Antara
1827 – 1845 Friederick Wohler, ahli kimia Jerman, mengembangkan proses Oersted
menggunakan potassium metallic
Sejarah
pembuatan Aluminum 2
Pada
1854 Henri Sainte-Claire deville di Perancis mendapatkan logam dengan mengurangi alumunium chlorida dengan
sodium. Didanai oleh Napoleon III, Deville mendirikan pabrik eksperimen skala
besar dan memamerkan alumunium murni pada ‘Paris Exposition’ 1885
Pada
1886 secara terpisah Charles Martin Hall (USA) dan Paul Heroult (Perancis)
menemukan bahwa alumina larut dalam cryolite terfusi (Na3 Al F6 ) dan kemudian didekomposisi
secara elektrolis menjadi logam cair mentah. Teknik biaya rendah (Hall-Heroult
process) masih digunakan untuk produksi komersial alumunium, meskipun metode
baru sedang dipelajari.
Kendala
dalam pembuatan aluminum
Karena
stabilitas kimia dari oksidanya, keperluan energi untuk peleburan sangat
tinggi. Ini mengarahkan produksi alumunium di daerah yang tersedia energi
listrik dengan biaya murah. Namun trend sekarang menunjukkan kecenderungan
ketersediaan energi murah akan segera berakhir dan penggunaan kemasan alumunium
turun drastis.
Jalur
pembuatan paduan aluminum digambarkan skema di bawah ini
Selamat Belajar!!!!
Komentar
Posting Komentar